Selalu Hadir Dalam Acara Perayaan, Ini Arti Tumpeng dan Lauk-Lauknya

 Selalu Hadir Dalam Acara Perayaan, Ini Arti Tumpeng dan Lauk-Lauknya


Bulan Agustus adalah bulan perayaan bagi rakyat Indonesia. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia jatuh pada bulan ini. Begitu bulan Agustus tiba, semua jadi menyiapkan diri untuk menyongsong perayaan hari bersejarah ini. Mulai berasal dari mendandani tempat tinggal hingga menyiapkan acara.


Sebelum pandemi tiba, perayaan ini selamanya dimeriahkan dengan beraneka perlombaan seru. Lomba makan kerupuk, lari kelereng, dan balap karung, selamanya diadakan untuk anak-anak merasakan nilai-nilai perjuangan. Namun, untuk ibu-ibu, kebanyakan ada yang namanya lomba menghias tumpeng.


Tumpeng selamanya ada di dalam acara perayaan. Ukurannya yang besar dan rupanya yang megah, menjadi sebuah lambang pada suatu acara. Selain nasi yang dibentuk kerucut menyerupai sebuah gunung, beramacam-macam lauk selamanya menemani.


Tumpeng adalah nasi yang dibentuk kerucut. Umumnya dibuat berasal dari nasi putih, nasi kuning, atau nasi gurih. Merupakan budaya masyarakat jawa yang tertera di dalam Serat Centhini. Disebut termasuk di dalam naskah sastra Ramayana, Arjuna Wijaya, dan Kidung Hasra Wijaya sebagai hidangan di dalam beraneka pesta pesan nasi tumpeng .


Tak dulu diketahui dengan pasti sejak kapan tumpeng jadi dikenal. Yang jelas, Kedatangan nasi berbentuk kerucut, disertai lauk-pauk pilihan ini, begitu sarat makna. Ada 16 style tumpeng yang dikenal di dalam budaya Jawa. Bentuk yang menjulang ke atas, menyimpan harapan supaya kehidupan manusia  semakin ‘naik’ atau ‘tinggi’.


Sebagai Simbol Permohonan

Bentuknya dianalogikan sebagai gunung Mahameru, yang di dalam kepercayaan Hindu merupakan tempat bersemayamnya para dewa.

 

Oleh gara-gara itu, tumpeng tidak disajikan sembarangan untuk  kepentingan sehari-hari. Ia hadir di dalam upacara perlu untuk mengingatkan manusia kepada Tuhannya.

 

Tumpeng merupakan singkatan berasal dari “tumapaking penguripan, tumindak lempeng tumuju Pangeran.” Artinya, berkiblatlah kepada anggapan bahwa manusia itu mesti hidup menuju jalan Tuhan.

 

Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa ada kemampuan gaib (red: Tuhan) yang merubah hidup mereka. Karena itu tumpeng hadir sebagai lambang keinginan kepada Yang Kuasa.


 

Walau berasal berasal dari budaya Hindu, filosofi ini diadopsi oleh Sunan Kalijaga yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Tradisi Islam Jawa menyebutkan bahwa “Tumpeng” merupakan akronim “yen metu mesti sing mempeng” (bila muncul mesti dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu makanan ulang yang namanya “Buceng”, dibuat berasal dari ketan, akronim  “yen mlebu mesti sing kenceng” (bila masuk mesti dengan sungguh-sungguh). Lauk pauknya yang berjumlah tujuh (pitu) macam berarti pitulungan (pertolongan)

 

Kalimat-kalimat berikut berasal berasal dari Al Quran, surat Al Isra ayat 80, yang berarti: “Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya muncul dan juga jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang mengimbuhkan pertolongan”.

 

Beberapa ahli tafsir percaya ayat ini merupakan doa Nabi Muhammad SAW kala dapat hijrah ke Madinah. Maka, kalau seseorang menyajikan tumpeng, berarti ia sedang memohon bantuan kepada Sang Pencipta supaya terhindar berasal dari keburukan dan meraih kemuliaan. Dan, itu semua dapat didapatkan kalau kita mengusahakan  dengan sungguh-sungguh.

 

Dalam Islam, wujud kerucut dengan satu nasi di puncak sebagai lambang Tuhan Yang Maha Esa. Banyaknya nasi di bawah melambangkan banyaknya manusia yang penuh dosa. Semakin ke atas, maka semakin sempurna.

Selama ini, masyarakat Indonesia jadi biasa melakukan prosesi potong tumpeng. Tumpeng dipotong anggota pucuknya oleh si pemilik acara, untuk diberi kepada orang yang dituakan atau dihormati. Selanjutnya, tumpeng boleh disantap oleh semua tamu yang hadir, sebagai perlambang berbagi rezeki. Namun, sejatinya, tumpeng seharusya tidak dipotong anggota pucuknya, namun dikeruk berasal dari bawah hingga menuju puncaknya.


Arti Lauk Pauk Pada Tumpeng

Tumpeng ditata di atas wadah beralas daun. Di sekelilingnya  tersaji lauk-pauk yang lengkap, terdiri berasal dari  hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (lele atau ikan teri), telur, dan sayur- mayur yang kebanyakan dibuat urap (kangkung, bayam, taoge, dan kacang panjang). Selain menjadi lambang kekayaan bumi nusantara, di dalam tiap lauk yang disajikan terselip doa dan harapan.

Ayam

Perwakilan berasal dari hewan darat. Dalam tumpeng kuning biasa berbentuk ayam goreng. Umum termasuk tersaji sebagai ayam bakar di dalam tumpeng putih. Kini, ayam dimasak begitu banyak ragam cocok selera. Ada termasuk yang cuma menggunakan anggota hati dan ampelanya saja. Lauk ini menjadi lambang keikhlasan berkurban si pemangku hajat. Selain ayam, hewan lain yang sering digunakan adalah sapi. Biasanya dimasak menjadi Sambal Goreng Kreni.

Ikan

Mewakili hewan air. Dulu, ikan lele sering digunakan. Karena hidupnya yang selamanya berenang di dasar sungai atau kolam, ikan lele dimaknai sebagai kerendahan hati. Falsafah ini diinginkan bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Ikan bandeng termasuk sering disajikan dengan harapan rejeki yang selamanya melimpah seperti banyaknya duri di dalam ikan bandeng.

 

Ikan teri

Walau termasuk berasal berasal dari air, ikan teri miliki makna yang tidak sama dengan lauk ikan sebelumnya. Kehadirannya bisa berbentuk rempeyek teri atau cuma teri digoreng tepung. Melambangkan kerukunan seperti hidup ikan teri yang selamanya bergerombol.

 

Telur

Awalnya telur hadir berbentuk telur rebus, utuh dengan kulitnya. Kulit, putih, dan kuning telur melambangkan tindakan yang mesti dikerjakan di dalam meniti hidup. Yaitu, menyusun rancangan dengan baik, bekerja cocok rencana, dan mengevaluasi hasilnya. Kini, telur hadir di dalam wujud telur dadar atau pindang.

 

Sayur

Biasa disebut Ghudangan atau Urap Sayuran yang mewakili tumbuhan. Jenis sayuran yang digunakan pun tidak sembarangan, gara-gara tiap sayuran miliki makna tertentu.

 

Kangkung: Manusia diinginkan bisa hidup di mana saja dan di dalam keadaan apapun seperti kangkung yang bisa hidup di darat dan air.

 

Bayam: Melambangkan kehidupan yang tentram.

 

Taoge: Selain menjadi lambang kesuburan dan kemudahan, taoge termasuk memiliki kandungan makna kreativitas tinggi.

 

Labu siam/kluwih: Sebagai pengharapan rejeki berlebih dan kepintaran yang unggul . (Luwih=lebih).

 

Kacang panjang: Hadir utuh, tidak dipotong. Memiliki makna panjang umur. Selain itu diinginkan manusia selamanya perpikir panjang sebelum bertindak. Kacang panjang utuh kebanyakan tidak hadir sebagai lauk, namun sebagai hiasan yang mengitari tumpeng atau ditempelkan pada badan tumpeng.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inovasi dan Keajaiban Teknologi: 4 Game VR Terbaik Tahun Ini

Keunggulan Kamera iPhone: Menyelami Teknologi Fotografi yang Revolusioner

Tanggung Jawab Pajak Penggajian dan Manajemen Properti